Pendahuluan
Masalah utama biasanya bukan karena platform iklannya, melainkan strategi dasar yang salah sejak awal. Dalam artikel ini, kita akan membahas 5 kesalahan fatal yang sering dilakukan pemula saat beriklan online, lengkap dengan contoh kasus nyata agar lebih mudah dipahami.
Bab 1: Target Audiens Terlalu Luas
Banyak pemula berpikir semakin luas target audiens, semakin besar peluang dapat pembeli. Padahal, ini membuat iklan tidak relevan dan biaya cepat habis.
-
❌ Contoh salah: target seluruh Indonesia untuk bisnis kedai kopi lokal di Bandung.
-
✅ Solusi: gunakan radius 3–5 km dari lokasi bisnis, filter usia dan minat yang sesuai (misalnya 18–35 tahun, minat kopi dan kuliner).
📊 Studi kecil:
UMKM kuliner yang awalnya target nasional (budget Rp500.000) hanya dapat CTR 0,7%. Setelah ganti target radius lokal, CTR naik ke 2,5% dengan biaya klik lebih murah.
Bab 2: Copywriting Lemah dan Tidak Menjual
Copywriting adalah “suara” iklan. Banyak pemula hanya menulis:
-
“Diskon besar, beli sekarang.”
-
“Produk terbaik untuk Anda.”
Masalahnya, kata-kata itu terlalu umum dan tidak menyentuh emosi audiens.
-
❌ Contoh salah: “Baju wanita terbaru, ayo beli sekarang!”
-
✅ Contoh benar: “Mau tampil stylish tanpa bikin kantong bolong? Dapatkan dress cantik cuma Rp99.000 – stok terbatas!”
📌 Rumus praktis: gunakan formula AIDA (Attention, Interest, Desire, Action).
Bab 3: Tidak Menganalisa Hasil Iklan
Banyak UMKM hanya “set and forget” setelah pasang iklan. Padahal data iklan adalah kunci untuk optimasi.
-
❌ Contoh salah: pasang iklan Rp1 juta tanpa lihat CTR, CPC, atau Conversion.
-
✅ Solusi: cek Ads Manager minimal 2–3 hari sekali. Fokus pada angka CTR (harus di atas 1,5%), CPC (harus efisien), dan hasil konversi (order/chat masuk).
📊 Studi kasus kecil:
Bisnis fashion online yang mengabaikan analisa membuang Rp2 juta iklan tanpa konversi. Setelah belajar membaca CTR & ROAS, mereka menemukan masalah di copywriting → omzet naik 2,3x bulan berikutnya.
Bab 4: Budget Salah Alokasi
Pemula sering “gaspol” dengan iklan besar di awal tanpa uji coba. Akhirnya uang habis tanpa tahu iklan mana yang efektif.
-
❌ Contoh salah: pasang iklan Rp1 juta langsung dalam 1 adset.
-
✅ Solusi: mulai dengan A/B testing kecil (Rp50.000–100.000 per adset), lihat mana yang efektif, baru scale up.
📊 Contoh nyata:
UMKM minuman mencoba 3 adset masing-masing Rp75.000. Dari 3 iklan, hanya 1 yang CTR tinggi. Setelah dialihkan budget lebih besar ke iklan pemenang, ROAS naik jadi 3,5x.
Bab 5: Tidak Punya Landing Page atau CTA yang Jelas
Banyak iklan hanya mengarahkan ke homepage website atau profil Instagram tanpa arah jelas. Akhirnya calon pembeli bingung harus klik apa.
-
❌ Contoh salah: iklan diarahkan ke Instagram feed penuh konten campuran.
-
✅ Solusi: gunakan landing page sederhana atau CTA langsung (WhatsApp Order, Linktree, atau marketplace).
📌 Ingat: tujuan iklan adalah konversi, bukan sekadar klik.
Kesimpulan
Menjalankan iklan online bukan sekadar “pasang dan berdoa.” Ada strategi dan prinsip yang harus dipahami.
Lima kesalahan fatal yang harus dihindari:
-
Target audiens terlalu luas.
-
Copywriting lemah.
-
Tidak analisa hasil.
-
Budget salah alokasi.
-
Tidak ada landing page atau CTA jelas.
Jika UMKM bisa menghindari 5 jebakan ini, iklan online bukan hanya hemat biaya, tapi juga bisa menjadi mesin penjualan otomatis yang mendongkrak omzet berkali lipat.